Jumat, 29 Mei 2015

Pemberontakan Etnis Moro di Filipina : Gambaran Konflik serta Peran Aktor-aktor di Kawasan Asia Tenggara Dalam Penyelesaianya




GAMBARAN KONFLIK SEPARATISME DI FILIPINA

Pemberontakan di Filipina telah terjadi sejak awal masa kemerdekaan Filipina di tahun 1946. Terdapat berbagai kelompok pemberontak di Filipina. Salah satu kelompok yang gencar dalam melakukan perlawanan adalah Etnis muslim Moro. Moro adalah sebuah etnis yang mendiami Filipina Selatan tepatnya di Pulau Mindanao.
            Kelompok pemberontak Moro yang pertama terbentuk adalah Moro National Liberation Front (MNLF) pada tahun 1969. Terbentuk karena perlakuan diskriminatif pemerintah Filipina atas muslim Moro. Etnis moro merasa bahwa pemerintah Filipina tidak pernah mengakomodasi kepentingan mereka, seperti pembangunan tempat ibadah, sekolah Islam. Justru pemerintah Filipina melakukan transmigrasi besar-besaran dengan mengirimkan penduduk Filipina bagian Utara yang beragama Katolik ke Pulau Mindanao. Serta kebijakan Asimilasi atas budaya Moro terhadap budaya Utara yang dipengaruhi ajaran Katolik. Sehingga, etnis Moro menjadi termarjinalkan sebagai sebuah etnis dengan identitas agama dan budaya yang berbeda dengan masyarakat Filipina Utara. Selain itu puncak kekecewaan Etnis Moro atas Filipina terjadi setelah Peristiwa “Pembantaian Jabidah”.  Yaitu pembunuhan 200 Muslim Moro oleh angkatan bersenjata Filipina. Mereka dibunuh karena melarikan diri dari kamp pelatihan militer yang dipersiapkan untuk merebut wilayah Sabah, Malaysia.
            Setelah pembantaian itu maka MNLF resmi melakukan perlawanan bersenjata. Konflik selanjutnya terjadi pada tahun 1974 di kota Jolo, dimana Angkatan bersenjata Filipina melakukan pembunuhan terhadap 10.000 muslim Moro dan Cina. Kemudian ditangatangi perjanjian Tripoli antara MNLF dan Filipina pada tahun 1974. Namun tidak lama berselang kembali terjadi konflik bersenjata, dan berakhir pada sejumlah pembantaian oleh Angkatan Bersenjata Filipina terhadap etnis Moro. Yaitu  Pembantaian “Malisbong”, Oktober 1977, Pembantaian “Pulau Pata”, Februari 1981 serta masih terdapat banyak konflik yang berakhir pembantaian terhadap etnis muslim Moro oleh Filipina.
            Dalam menanggapi pembantaian yang tetap dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Filipina. Syeikh Salamat Hashim mendirikan dari MNLF mendirikan Moro Islamic Liberation Front  (MILF) yang berideologi Islam pada tahun 1977. Sehingga bertambah jumlah kelompok pemberontak di Filipina.
            Konflik yang berkepanjangan membuat MNLF sepakat berdamai dengan Filipina dengan mendapatkan status Otonomi Khusus Moro atas Mindanao Selatan dan beberapa pulau disekitanya. Sementara MILF tetap melakukan perlawanan, Konflik Cotabo Utara (2000), Krisis Kota Zamboanga (2013) merupakan bukti MILF masih memiliki kekuatan hingga sekarang.

PERAN AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DI KAWASAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI FILIPINA SELATAN

            Dalam upaya menyelesaikan Konflik di Filipina, tentu saja  ASEAN sebagai sebuah Organisasi regional tidak memiliki wewenang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mengingat bahwa prinsip “ASEAN Way”, yaitu Non-Interference urusan domestik negara anggota ASEAN. Namun diperbolehkan bagi negara anggota Asean menawarkan sebagai mediator perdamaian. Dalam konflik yang terjadi antara Pemerintah Filipina dan Etnis Moro, terdapat beberapa aktor yang berperan dalam mengupayakan kesepakatan damai diantara keduanya. Negara anggota Asean yang berperan untuk berupaya dalam penyelesaian konfilk diantara Filipina dan pemberontak Moro adalah Indonesia. Di tahun 1993 Indonesia mendapat kepercayaan sebagai ketua Komite Quartdhipartie, sebuah komite dibawah Organisasi Konferensi Islam untuk muslim minoritas. Dan dibawah kepemimpinan Indonesia tercapai sebuah perundingan antara Pemerintah Filipina dan MNLF yang menghasilkan Final Peace Agreement (FPA) atau perjanjian damai di tahun 1996. Namun perundingan ini kemudian tidak berjalan efektif. Kemudian peran Indonesia dalam proses perdamaian muncul lagi pada saat menjabat sebagai Chairman OIC-PCSP (2007 – 2003). Dengan dilakukanya pertemuan dalam berbagai tingkatan antara Pemerintah Filipina dan MNLF. Dalam perkembanganya, pada tanggal 20 April 2010 Indonesia selaku ketua OIC-PCSP telah berhasil mendorong Pemerintah Filipina dan MNLF menandatangani nota kesepahaman Panel Hukum di Tripoli, Libya. Atas perkembangan di Tripoli tersebut, Pemerintah Indonesia kembali berinisiatif untuk mempertemukan kedua pihak, Pemerintah Filipina dan MNLF dalam mencapai persetujuan lebih lanjut atas hasil-hasil capaian perundingan di Tripoli.
            Oleh karena itu, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2012  Indonesia kembali menginisiasi dan memfasilitasi pertemuan Legal Panel antara Pemerintah Filipina dan MNLF di Surabaya. Selain untuk perundingan lebih lanjut, pertemuan ini juga telah menghasilkan kesepakatan baru yang dapat menjadi “Building Blocs” bagi implementasi secara penuh Perjanjian Damai 1996 yang sebelumnya dianggap kurang efektif.
            Selain Indonesia, Malaysia juga merupakan negara anggota Asean yang aktif dalam mediator konflik antara Pemerintah Filipina dan MNLF serta MILF. Pada tahun 1998 pemerintah Malaysia menginiasiasi pertemuan Presiden Filipina, Fidel F. Ramos dan Pemimpin MNLF, Prof. Nur Misuari. Pertemuan tersebut dilakukan untuk meredam bentrokan senjata di antara kedua belah pihak. Kemudian perundingan dilanjutkan antar Pemerintah Filipina dan MILF pada tahun 2012 di Kuala Lumpur. Dalam pertemuan ini, MILF melunak yang pada awalnya menuntut kemerdekaan menjadi tuntutan Otonomi Khusus Bangsa Moro. Namun hasil perundingan pada tahun 2012 kembali gagal setelah penyerangan MILF terhadap petugas kemanan Filipina, setelah Mahkamah Agung Filipina menarik surat penyerahan wilayah yang di klaim milik etnis Moro (MILF). Dan terakhir pada tahun 2014, Malaysia kembali menjadi mediator antara Pemerintah Filipina dan MILF. Sehingga tercapai sebuah kesepakatan damai diantara keduanya.
Indonesia dan Malaysia selaku aktor negara berperan besar dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Filina. Namun selain aktor negara, terdapat juga aktor non-state dalam upaya perdamaian di Filipina.
            Din Syamsudin dan Ormas Muhammadiyah adalah aktor non-state yang mencoba menjadi mediator upaya perdamaian antara Pemerintah Filipina dan MILF. Din Syamsudin sebagai ketua Muhammadiyah terlibat langsung menengahi konflik dunia, yakni dengan aktif menjadi anggota the International Contact Group (ICG) yang memediasi dialog antara Pemerintah Filipina dan kelompok pejuang Islam Moro (MILF).  Pada tahun 2012, diadakan negosiasi antara Pemerintah Filipina dan MILF di Universitas Muhammadiyah Solo, Jawa Tengah.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak hanya aktor negara yang mengupayakan perdamaian di Filipina. Namun juga dari aktor non-negara berupa individu dan organisasi massa.

Rabu, 13 Mei 2015

21 Peringkat Universitas di Indonesia Versi Akreditasi BAN-PT

Selama ini kita tahu bahwa telah banyak situs web yang memperlihatkan peringkat Universitas di Indonesia. Namun tolak ukur yang digunakan bukan berdasarkan penilaian riil melainkan berdasarkan jumlah nama pencarian di Internet. Situs penyedia tersebut seperti Webometrics.

Jadi pada kesempatan kali ini saya akan menunjukkan peringkat Universitas berdasarkan penilaian akreditasi oleh "Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi". Yang menggunakan tolak ukur riil yang ditinjau dari berbagai aspek, seperti jumlah dosen,mahasiswa,fasilitas,prestasi dan sarana penunjang lainya. Perlu diketahui bahwa BAN-PT merupakan Badan Resmi penentu akreditasi Perguruan Tinggi dan bukan seperti Webomatrics yang tidak resmi dan tidak menggunakan tolak ukur yang tepat.

Maka kita lihat yuk daftar 21 Universitas Terbaik di Indonesia berdasarkan BAN-PT. Di Indonesia cuma terdapat 21 Perguruan Tinggi yang memiliki akreditasi A.

Nama Universitas_(nilai akreditasi)

1. Universitas Gajah Mada_378
2. Institut Pertanian Bogor _375
3. Universitas Sebelas Maret_ 372
4. Universitas Negeri Malang_ 372
5. Universitas Airlangga _371
6. Institut Teknologi Bandung 370
7. Institut Teknologi Sepuluh November_ 368
8. Universitas Hasanudin_ 368
9. Universitas Indonesia_ 367
10. Universitas Padjajaran_ 366
11. Universitas Andalas_ 365
12. Universitas Gunadarma_ 365
13. Universitas Islam Indonesia_ 365
14. Universitas Islam Negeri Maulana MalikIbrahim Malang_ 364
15. Universitas Muhammadiyah Malang_ 364
16. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta_ 364
17. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta_ 363
18. Universitas Kristen Petra_ 363
19. Universitas Brawijaya_ 363
20. Universitas Diponegoro_ 361
21. Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta_ 361

Itulah 21 Peringkat Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia, Kampus kamu masuk gak?