Kamis, 22 Oktober 2015

Mengenal Aliran Ibadi dan Pemikirannya


Bintar Mupiza 
Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia
           
            Islam adalah agama yang memiliki jumlah pemeluk terbesar kedua di dunia setelah Kristen. Dengan total perkiraan pemeluknya sekitar 1,6 Milyar jiwa[1]. Konsekuensi dari jumlah penganut yang banyak adalah terdapat banyak aliran-aliran. Seperti halnya dalam Kekristenan dengan berbagai aliran seperti Mormonisme, Protestan, Katolik, Evangelis, Ortodoks, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam Islam sendiri dikenal dengan dua aliran besar yaitu Sunni dan Syiah. Namun sebenarnya aliran dalam Islam tidak hanya terbatas terhadap dua aliran tersebut. Melainkan ada sebuah mahzab yang umurnya sama dengan dua mahzab besar diatas. Mahzab tersebut adalah Ibadi.
            Ibadi adalah sebuah golongan dari beberapa golongan Khawarij yang muncul di masa Khulafaur Rasyidin, yaitu pada masa Usman Bin Affan. Pemikiran Ibadi sendiri diambil dari pemikiran seorang tokoh yang bernama Jabir Bin Zaid[2]. Yang hidup pada zaman khalifah Usman Bin Affan. Pada masa itu, Jabir Bin Zaid menolak pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan. Namun penolakan tersebut berbeda dengan kelompok Khawarij lainya, yang menghalalkan darah Usman dan setiap muslim yang memiliki pemikiran yang berbeda. Jabir Bin Zaid sendiri meskipun menolak Usman tetapi menolak untuk melakukan pembunuhan terhadap Khalifah Usman Bin Affan. Pada masa Umayyah, kelompok Ibadi di dukung oleh khalifah. karena dianggap sebagai kelompok khawarij moderat yang pemikiranya dapat digunakan untuk meng-counter pemikiran golongan khawarij garis keras.
            Meskipun Ibadi didirikan dari pemikiran Jabir Bin Zaid. Namun nama Ibadi sendiri berasal dari pemimpin Aliran ini yang bernama Abdullah bin Ibad. Yang hidup pada masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan, khalifah kelima Dinasti Umayyah. Pada masa ini, Mahzab Ibadi masih dapat mengamalkan praktek keagamaannya karena Jabir Bin Zaid masih hidup. Namun setelah Jabir Bin Zaid meninggal, tidak ada tokoh ibadi yang dianggap pro terhadap Dinasti Umayyah[3]. Sehingga aliran ini kemudian mendapatkan diskriminasi. Dan akibatnya aliran ini meninggalkan Basrah menuju Oman, Hadramaut, Yaman, Zanzibar, Afrika Utara dan Khurasan[4]. Dan di era modern, aliran ini akhirnya menjadi Mahzab resmi di Kesultanan Oman. Dan menjadi salah satu aliran Islam yang dianut oleh sebagian masyarakat Zanzibar dan Afrika Utara.
            Penganut Ibadi menyebut diri mereka sebagai ahl al-istiqama, atau orang-orang yang tetap berada di jalan lurus. Penamaan ini muncul akibat dari terjadinya perjanjian damai antara Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyyah. Dan kemudian kelompok Khawarij menyingkir dari konflik keduanya. Sehingga kelompok Khawarij mengklaim sebagai kelompok satu-satunya yang lurus. Sementara pihak Ali dan Muawiyyah adalah kelompok yang tersesat. Hal yang membedakan kelompok Ibadi dengan kelompok Khawarij lainya seperti aliran Al-Muhakkimat[5] adalah tentang status keislaman Ali dan Muawiyyah. Meskipun Ibadi menolak keduanya. Namun masih memandang keduanya sebagai muslim. Jelas pendapat ini bertentangan dengan  aliran khawarij seperti Al-Muhakkimat yang memvonis keduanya sebagai kafir. Selain itu hal yang membedakan Ibadi dan kelompok khawarij lain adalah tentang perkara dosa besar yang menyebabkan pelakunya dapat keluar dari Islam. Khawarij memandang bahwa semua muslim yang melakukan dosa besar tanpa pertobatan maka sama kedudukanya dengan menyekutukan Allah.dan tentu saja barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka dianggap sebagai kafir.
Berbeda dengan kelompok Khawarij lainya. Ibadi memandang golongan manusia kedalam dua golongan pertama, kuffur ni’ma dan kedua, kuffur syirk[6]. Pandangan pertama kaum Ibadi adalah kuffur ni’ma . yaitu golongan muslim yang tidak mengikuti aliran Ibadi. Dianggap sebagai meningkari nikmat karena menolak untuk menjadi seorang muslim Ibadi. Meskipun dianggap sebagai kuffr ni’ma , Ibadi melarang pengikutnya untuk memerangi kaum non ibadi tersebut. namun tidak juga menjadikan muslim non ibadi sebagai saudara seiman yang harus di jaga tali persaudaraan nya dengan erat. Melainkan harus ada sanksi sosial dari pengikut Ibadi terhadap muslim non Ibadi berupa pelarangan berteman dengan muslim non ibadi. Hal ini dilakukan agar muslim ibadi tidak terkontaminasi pemikiran muslim non ibadi.
Penolakan Ibadi untuk mengkafirkan golongan muslim non ibadi ini dilandaskan kepada dua hal. Yaitu pertama,  kepercayaan aliran Ibadi bahwa selama seseorang menyebut diri mereka sebagai “muslim” dan sholat menghadap Ka’bah (ah-kiblat) maka masih dianggap sebagai muslim. Dan kedua, meskipun muslim non ibadi dianggap kuffar, namun tidak menyekutukan Allah. Melainkan mengingkari nikmat. Sehingga dengan dua alasan diatas membuat aliran Ibadi tidak memandang muslim lainya sebagai kafir. Pandangan kedua kaum Ibadi adalah kuffr syirik. Penyebutan ini merujuk kepada kaum non muslim yang tidak beriman atas Islam, tidak berdoa menghadap kiblat dan tidak mengucap syahadat. Dalam pandanganya terhadap orang-orang kuffr syirik tidak jauh berbeda dengan pandangan Ibadi terhadap orang-orang kuffr ni’ma. Yaitu tidak diperbolehkan menjadi teman dekatnya.
Meskipun kaum Ibadi mengakui keimanan muslim non ibadi. Namun fiqh daripada Ibadi meletakan golongan muslim non ibadi seperti halnya posisi non muslim. Seperti halnya melarang pernikahan dengan muslim non ibadi, melarang memakan daging hasil sembelihan muslim non ibadi, melarang memberikan Salam, melarang berdoa di atas makam muslim non ibadi, melarang menerima kesaksian non ibadi[7]. Ibadi juga tidak mewajibkan sholat Jumat. Karena mereka percaya bahwa kewajiban sholat Jumat hanya berlaku di kota-kota besar. Yang mana telah terjamin nilai-nilai keadilan. Selain itu, tidak adanya Imam dari muslim Ibadi yang memimpin sholat jumat juga menjadi alasan kenapa Ibadi tidak melakukan sholat jumat. Karena mereka menganggap Imam yang menyampaikan khutbah di sholat jumat sebagai muslim yang menjadi kaki tangan Tirani[8]. Dalam tata cara sholat, aliran Ibadi lebih menyerupai Syiah Imam 12 dan Sunni Maliki yang mana tidak melipat tangan di dada. Dan dalam bacaan sholat mereka tidak mengucap “amin” setelah surat al-Fatihah. Juga mereka tidak mengamalkan doa qunut sebagaimana Sunni Hambali dan Hanafi.
Dalam soalan sumber hukum, Ibadi memiliki perbedaan dengan Sunni pada umumnya. Seperti yang diketahui bahwa dalam empat Mahzab Sunni sepakat bahwa ada empat hukum Islam, yaitu al-Quran, Hadits Sunni, Ijmak ulama, Qiyas (analogi)[9]. Sementara aliran Ibadi hanya menggunakan tiga sumber hukum, yaitu al-Quran, Hadits Ibadi dan ijmak ulama. Sementara melarang Qiyas (analogi) karena dianggap bid’ah. Dalam Ijmak Ulama, aliran Ibadi berbeda dengan Sunni. Dalam Sunni, pintu itjihad sudah ditutup. Sementara Ibadi lebih dekat ke syiah. Yaitu pintu Itjihad masih dibuka selebar-lebarnya. Meskipun Ibadi hanya menggunakan tiga sumber hukum. Namun dalam penerapanya aliran Ibadi mengambil sedikit pendapat dari hadits mereka. Dan oleh sebab itulah aliran Ibadi di Oman dan berbagai daerah lainya, tidak menerapkan hukuman rajam[10]. Karena menurut Ibadi, hukum tersebut tidak tercantum dalam al-Quran. Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan Sunni dan Syiah, yang mana kedua aliran ini mengakui dan memberlakukan hukum rajam.
Dalam hal Theologi, aliran ibadi banyak dipengaruhi oleh pemikiran Mutazilah[11], yang berpendapat bahwa Allah tidak dapat dilihat di alam akhirat. Pendapat ini berlawanan dengan Sunni yang menyatakan bahwa Allah akan dapat dilihat di setelah kematian. Menyatakan bahwa  al-Quran adalah makhluk. Mengatakan bahwa apabila seseorang telah masuk neraka akan selamanya kekal di dalam neraka tersebut. Meskipun pemikiran-pemikiran Ibadi diadopsi dari pemikiran muktazilah. Namun ada satu hal yang membedakan Ibadi dan muktazilah. Yaitu dalam kehendak Allah. Ibadi tidak berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang tidak diatur oleh tuhan[12]. Sebaliknya, Ibadi berpendapat bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur semua tindakan manusia pendapat ini selaras dengan pendapat Asyari[13].
Meskipun mengikuti dalam bidang Theologi kaum Ibadi banyak mengikuti Muktazilah. Namun kelompok Ibadi merupakan salah satu aliran Islam moderat. Hal tersebut diakibatkan sikap kontemporer Ibadi dalam menyikapi permusuhan Sunni dan Syiah. Ibadi mengambil sikap bahwa hanya Allah lah yang berhak menghakimi pihak mana yang benar di hari penghakiman. Sehingga di Oman, sebagai sebuah negara Ibadi memiliki lingkungan yang lebih tenang dari konflik sektarian Sunni dan Syiah. Dan lebih menariknya lagi, di negeri ini Sunni dan Syiah sholat dalam satu masjid[14]. Dan meski memiliki fiqh ibadah yang berbeda, tidak membuat saling bermusuhan satu sama lain. Karena kembali lagi kepada pemikiran ibadi tadi bahwa hanya Allah lah yang dapat menghakimi benar atau salah. Dan kemungkinan juga konsep kuffr ni’ma dalam memperlakukan muslim non ibadi sudah tidak berlaku lagi. Diakibatkan konsep baru kaum Ibadi tentang penghakiman.
Meskipun Ibadi berasal dari golongan Khawarij di masa lampau. Namun Ibadi yang sekarang merupakan proses evolusi panjang dari sebuah aliran Islam. Yang dalam perkembanganya terpengaruh dengan paham-paham baru dan juga dinamika-dinamika baru. Yang kemudian menjadikan Ibadi sendiri sebagai aliran Islam yang moderat. Dan jauh dari kemunculan awal mereka yang menganggap aliran mereka paling benar. Sebaliknya, sebagian Sunni dan Syiah yang dahulu dianggap pemikiranya tidak se radikal Ibadi menjadi lebih radikal. Dan sikap yang merasa paling benar ini menyebabkan permusuhan panjang bahkan mengakibatkan perang berkepanjangan. Mungkin sikap Ibadi yang awalnya menolak dari permusuhan keduanya masih cukup relevan dengan kondisi masa kini. Namun dengan syarat yaitu menghilangkan konsep kuffur ni’ma.





[1] Pew Research Center.  The Future of the Global Muslim Population, [Online] Available from : http://www.pewforum.org/2011/01/27/the-future-of-the-global-muslim-population/ [ Acessed 21 October 2015] [ Uploaded 27 January 2011]
[2] Ayatullah Hasan Ansari.  What is the history of Ibadiyya and Where do the Ibadies Live, [Online] Available from: http://www.erfan.ir/english/67190.html [Acessed 20 Oktober 2015] [Uploaded 18 March 2014]
[3] Anonymous. The Ibadiyya/Ibadi Movement, [Online] Available from : http://www.islamawareness.net/Deviant/Ibadis/ibadiyya.html [Acessed 20 October 2015]
[4] Ahmed Souaiaiai. History of Ibadiyyah, [Online] Available from :  http://ibadism.ahmedsouaiaia.com/ [Acessed 20 October 2015]
[5] Anonymous. Khawarij dan sifat-sifatnya, [Online] Available from : http://www.dakwatuna.com/2008/10/27/1295/khawarij-dan-sifat-sifatnya/#axzz3pC61HngD [ Acessed 21 october 2015] [27 october 2008]
[6] Valerie J. Hoffman. Ibadi Islam : An Introduction, [Online] Available from : http://islam.uga.edu/ibadis.html [ Acessed 21 October ]
[7] Ibid
[8] Anonymous, The Sunnah : Practice and Law [sharia]. [Online] Available from : http://islam.uga.edu/shariah.html [Acessed 21 October 2015]
[9] Anonymous, Ahlul Sunnah Wal Jamaah. [Online] Available from : http://www.alkhoirot.net/2012/06/ahlussunnah-wal-jamaah.html [Acessed 21 october 2015]
[10] Anonymous. The Ibadiyya/Ibadi Movement, [Online] Available from : http://www.islamawareness.net/Deviant/Ibadis/ibadiyya.html [Acessed 21 October 2015]
[11] Adil Salahi, Pioneer of Islamic Scholarship. [Book] P 147
[12] Ibid 147
[13] Valerie J. Hoffman. Ibadi Islam : An Introduction, [Online] Available from : http://islam.uga.edu/ibadis.html [ Acessed 21 October ]
[14] Youtube, Religion Tolerance in Oman, [Video] Available from : https://www.youtube.com/watch?v=d5y85yWB6Kc [ Acessed 21 October 2015]

11 komentar:

  1. Pantas saja,saat ini saya menikah siri dg suami saya tp dia tdk pernah mau membawa ke kluarganya krn ktanya kluarganya tdk akn pernah menerima,krn saya sunni dan mrk ibadi,dan suami saya selalu tdk mau shalat jumat,bnyk lah perbedaan2 yg membuat kami sering bertentangan,pantas saja saya skrg faham.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selnjtunya gmn mbk? Dilnjtin jalinan suami istrinya, atau putus ditengah jln?

      Hapus
    2. Ehmm.. Trus gmn kelanjutnnya?

      Hapus
  2. Saya mau kuliah di iran, ada saran atau himbauan kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lbh baik jangan.. krn iran pusatnya org2 syiah.. klo mau islam yg murni blajarlah dr kota sumber islam tsb, yaitu mekkah dan madinah..

      Hapus
    2. Kok bisa mekkah dan madinah menjadi sumber? Islam murni itu gmn ya?

      Hapus
    3. Ga masalah, kuliah saja,Iran memang Syi'ah tapi Syi'ah Imamiyah, tdk ekstrim, yg harus ber hati 2 itu dg Syi'ah Rofodloh, syu'ah sangat ekstrim, tapi hari ini Syi'ah Rofidloh sudah tdk ada lagi

      Hapus
  3. Tulisannya bagus hanya penutup nya yang terlalu menggenalisir, menganggap siapa yang paling benar atau tidak, bisa di teliti dari golongan masing-masing, tapi setiap individu belum tentu mewakili suatu golongan apalagi sunni atau syiah perlu pendalaman yang lebih untuk menentukan apakah suni/syiah merasa seperti itu

    BalasHapus