Kamis, 22 Oktober 2015

Mengenal Aliran Ibadi dan Pemikirannya


Bintar Mupiza 
Hubungan Internasional - Universitas Islam Indonesia
           
            Islam adalah agama yang memiliki jumlah pemeluk terbesar kedua di dunia setelah Kristen. Dengan total perkiraan pemeluknya sekitar 1,6 Milyar jiwa[1]. Konsekuensi dari jumlah penganut yang banyak adalah terdapat banyak aliran-aliran. Seperti halnya dalam Kekristenan dengan berbagai aliran seperti Mormonisme, Protestan, Katolik, Evangelis, Ortodoks, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam Islam sendiri dikenal dengan dua aliran besar yaitu Sunni dan Syiah. Namun sebenarnya aliran dalam Islam tidak hanya terbatas terhadap dua aliran tersebut. Melainkan ada sebuah mahzab yang umurnya sama dengan dua mahzab besar diatas. Mahzab tersebut adalah Ibadi.
            Ibadi adalah sebuah golongan dari beberapa golongan Khawarij yang muncul di masa Khulafaur Rasyidin, yaitu pada masa Usman Bin Affan. Pemikiran Ibadi sendiri diambil dari pemikiran seorang tokoh yang bernama Jabir Bin Zaid[2]. Yang hidup pada zaman khalifah Usman Bin Affan. Pada masa itu, Jabir Bin Zaid menolak pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan. Namun penolakan tersebut berbeda dengan kelompok Khawarij lainya, yang menghalalkan darah Usman dan setiap muslim yang memiliki pemikiran yang berbeda. Jabir Bin Zaid sendiri meskipun menolak Usman tetapi menolak untuk melakukan pembunuhan terhadap Khalifah Usman Bin Affan. Pada masa Umayyah, kelompok Ibadi di dukung oleh khalifah. karena dianggap sebagai kelompok khawarij moderat yang pemikiranya dapat digunakan untuk meng-counter pemikiran golongan khawarij garis keras.
            Meskipun Ibadi didirikan dari pemikiran Jabir Bin Zaid. Namun nama Ibadi sendiri berasal dari pemimpin Aliran ini yang bernama Abdullah bin Ibad. Yang hidup pada masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan, khalifah kelima Dinasti Umayyah. Pada masa ini, Mahzab Ibadi masih dapat mengamalkan praktek keagamaannya karena Jabir Bin Zaid masih hidup. Namun setelah Jabir Bin Zaid meninggal, tidak ada tokoh ibadi yang dianggap pro terhadap Dinasti Umayyah[3]. Sehingga aliran ini kemudian mendapatkan diskriminasi. Dan akibatnya aliran ini meninggalkan Basrah menuju Oman, Hadramaut, Yaman, Zanzibar, Afrika Utara dan Khurasan[4]. Dan di era modern, aliran ini akhirnya menjadi Mahzab resmi di Kesultanan Oman. Dan menjadi salah satu aliran Islam yang dianut oleh sebagian masyarakat Zanzibar dan Afrika Utara.
            Penganut Ibadi menyebut diri mereka sebagai ahl al-istiqama, atau orang-orang yang tetap berada di jalan lurus. Penamaan ini muncul akibat dari terjadinya perjanjian damai antara Khalifah Ali Bin Abi Thalib dan Muawiyyah. Dan kemudian kelompok Khawarij menyingkir dari konflik keduanya. Sehingga kelompok Khawarij mengklaim sebagai kelompok satu-satunya yang lurus. Sementara pihak Ali dan Muawiyyah adalah kelompok yang tersesat. Hal yang membedakan kelompok Ibadi dengan kelompok Khawarij lainya seperti aliran Al-Muhakkimat[5] adalah tentang status keislaman Ali dan Muawiyyah. Meskipun Ibadi menolak keduanya. Namun masih memandang keduanya sebagai muslim. Jelas pendapat ini bertentangan dengan  aliran khawarij seperti Al-Muhakkimat yang memvonis keduanya sebagai kafir. Selain itu hal yang membedakan Ibadi dan kelompok khawarij lain adalah tentang perkara dosa besar yang menyebabkan pelakunya dapat keluar dari Islam. Khawarij memandang bahwa semua muslim yang melakukan dosa besar tanpa pertobatan maka sama kedudukanya dengan menyekutukan Allah.dan tentu saja barangsiapa yang menyekutukan Allah, maka dianggap sebagai kafir.
Berbeda dengan kelompok Khawarij lainya. Ibadi memandang golongan manusia kedalam dua golongan pertama, kuffur ni’ma dan kedua, kuffur syirk[6]. Pandangan pertama kaum Ibadi adalah kuffur ni’ma . yaitu golongan muslim yang tidak mengikuti aliran Ibadi. Dianggap sebagai meningkari nikmat karena menolak untuk menjadi seorang muslim Ibadi. Meskipun dianggap sebagai kuffr ni’ma , Ibadi melarang pengikutnya untuk memerangi kaum non ibadi tersebut. namun tidak juga menjadikan muslim non ibadi sebagai saudara seiman yang harus di jaga tali persaudaraan nya dengan erat. Melainkan harus ada sanksi sosial dari pengikut Ibadi terhadap muslim non Ibadi berupa pelarangan berteman dengan muslim non ibadi. Hal ini dilakukan agar muslim ibadi tidak terkontaminasi pemikiran muslim non ibadi.
Penolakan Ibadi untuk mengkafirkan golongan muslim non ibadi ini dilandaskan kepada dua hal. Yaitu pertama,  kepercayaan aliran Ibadi bahwa selama seseorang menyebut diri mereka sebagai “muslim” dan sholat menghadap Ka’bah (ah-kiblat) maka masih dianggap sebagai muslim. Dan kedua, meskipun muslim non ibadi dianggap kuffar, namun tidak menyekutukan Allah. Melainkan mengingkari nikmat. Sehingga dengan dua alasan diatas membuat aliran Ibadi tidak memandang muslim lainya sebagai kafir. Pandangan kedua kaum Ibadi adalah kuffr syirik. Penyebutan ini merujuk kepada kaum non muslim yang tidak beriman atas Islam, tidak berdoa menghadap kiblat dan tidak mengucap syahadat. Dalam pandanganya terhadap orang-orang kuffr syirik tidak jauh berbeda dengan pandangan Ibadi terhadap orang-orang kuffr ni’ma. Yaitu tidak diperbolehkan menjadi teman dekatnya.
Meskipun kaum Ibadi mengakui keimanan muslim non ibadi. Namun fiqh daripada Ibadi meletakan golongan muslim non ibadi seperti halnya posisi non muslim. Seperti halnya melarang pernikahan dengan muslim non ibadi, melarang memakan daging hasil sembelihan muslim non ibadi, melarang memberikan Salam, melarang berdoa di atas makam muslim non ibadi, melarang menerima kesaksian non ibadi[7]. Ibadi juga tidak mewajibkan sholat Jumat. Karena mereka percaya bahwa kewajiban sholat Jumat hanya berlaku di kota-kota besar. Yang mana telah terjamin nilai-nilai keadilan. Selain itu, tidak adanya Imam dari muslim Ibadi yang memimpin sholat jumat juga menjadi alasan kenapa Ibadi tidak melakukan sholat jumat. Karena mereka menganggap Imam yang menyampaikan khutbah di sholat jumat sebagai muslim yang menjadi kaki tangan Tirani[8]. Dalam tata cara sholat, aliran Ibadi lebih menyerupai Syiah Imam 12 dan Sunni Maliki yang mana tidak melipat tangan di dada. Dan dalam bacaan sholat mereka tidak mengucap “amin” setelah surat al-Fatihah. Juga mereka tidak mengamalkan doa qunut sebagaimana Sunni Hambali dan Hanafi.
Dalam soalan sumber hukum, Ibadi memiliki perbedaan dengan Sunni pada umumnya. Seperti yang diketahui bahwa dalam empat Mahzab Sunni sepakat bahwa ada empat hukum Islam, yaitu al-Quran, Hadits Sunni, Ijmak ulama, Qiyas (analogi)[9]. Sementara aliran Ibadi hanya menggunakan tiga sumber hukum, yaitu al-Quran, Hadits Ibadi dan ijmak ulama. Sementara melarang Qiyas (analogi) karena dianggap bid’ah. Dalam Ijmak Ulama, aliran Ibadi berbeda dengan Sunni. Dalam Sunni, pintu itjihad sudah ditutup. Sementara Ibadi lebih dekat ke syiah. Yaitu pintu Itjihad masih dibuka selebar-lebarnya. Meskipun Ibadi hanya menggunakan tiga sumber hukum. Namun dalam penerapanya aliran Ibadi mengambil sedikit pendapat dari hadits mereka. Dan oleh sebab itulah aliran Ibadi di Oman dan berbagai daerah lainya, tidak menerapkan hukuman rajam[10]. Karena menurut Ibadi, hukum tersebut tidak tercantum dalam al-Quran. Tentu saja hal ini sangat berbeda dengan Sunni dan Syiah, yang mana kedua aliran ini mengakui dan memberlakukan hukum rajam.
Dalam hal Theologi, aliran ibadi banyak dipengaruhi oleh pemikiran Mutazilah[11], yang berpendapat bahwa Allah tidak dapat dilihat di alam akhirat. Pendapat ini berlawanan dengan Sunni yang menyatakan bahwa Allah akan dapat dilihat di setelah kematian. Menyatakan bahwa  al-Quran adalah makhluk. Mengatakan bahwa apabila seseorang telah masuk neraka akan selamanya kekal di dalam neraka tersebut. Meskipun pemikiran-pemikiran Ibadi diadopsi dari pemikiran muktazilah. Namun ada satu hal yang membedakan Ibadi dan muktazilah. Yaitu dalam kehendak Allah. Ibadi tidak berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas yang tidak diatur oleh tuhan[12]. Sebaliknya, Ibadi berpendapat bahwa Allah adalah pencipta dan pengatur semua tindakan manusia pendapat ini selaras dengan pendapat Asyari[13].
Meskipun mengikuti dalam bidang Theologi kaum Ibadi banyak mengikuti Muktazilah. Namun kelompok Ibadi merupakan salah satu aliran Islam moderat. Hal tersebut diakibatkan sikap kontemporer Ibadi dalam menyikapi permusuhan Sunni dan Syiah. Ibadi mengambil sikap bahwa hanya Allah lah yang berhak menghakimi pihak mana yang benar di hari penghakiman. Sehingga di Oman, sebagai sebuah negara Ibadi memiliki lingkungan yang lebih tenang dari konflik sektarian Sunni dan Syiah. Dan lebih menariknya lagi, di negeri ini Sunni dan Syiah sholat dalam satu masjid[14]. Dan meski memiliki fiqh ibadah yang berbeda, tidak membuat saling bermusuhan satu sama lain. Karena kembali lagi kepada pemikiran ibadi tadi bahwa hanya Allah lah yang dapat menghakimi benar atau salah. Dan kemungkinan juga konsep kuffr ni’ma dalam memperlakukan muslim non ibadi sudah tidak berlaku lagi. Diakibatkan konsep baru kaum Ibadi tentang penghakiman.
Meskipun Ibadi berasal dari golongan Khawarij di masa lampau. Namun Ibadi yang sekarang merupakan proses evolusi panjang dari sebuah aliran Islam. Yang dalam perkembanganya terpengaruh dengan paham-paham baru dan juga dinamika-dinamika baru. Yang kemudian menjadikan Ibadi sendiri sebagai aliran Islam yang moderat. Dan jauh dari kemunculan awal mereka yang menganggap aliran mereka paling benar. Sebaliknya, sebagian Sunni dan Syiah yang dahulu dianggap pemikiranya tidak se radikal Ibadi menjadi lebih radikal. Dan sikap yang merasa paling benar ini menyebabkan permusuhan panjang bahkan mengakibatkan perang berkepanjangan. Mungkin sikap Ibadi yang awalnya menolak dari permusuhan keduanya masih cukup relevan dengan kondisi masa kini. Namun dengan syarat yaitu menghilangkan konsep kuffur ni’ma.





[1] Pew Research Center.  The Future of the Global Muslim Population, [Online] Available from : http://www.pewforum.org/2011/01/27/the-future-of-the-global-muslim-population/ [ Acessed 21 October 2015] [ Uploaded 27 January 2011]
[2] Ayatullah Hasan Ansari.  What is the history of Ibadiyya and Where do the Ibadies Live, [Online] Available from: http://www.erfan.ir/english/67190.html [Acessed 20 Oktober 2015] [Uploaded 18 March 2014]
[3] Anonymous. The Ibadiyya/Ibadi Movement, [Online] Available from : http://www.islamawareness.net/Deviant/Ibadis/ibadiyya.html [Acessed 20 October 2015]
[4] Ahmed Souaiaiai. History of Ibadiyyah, [Online] Available from :  http://ibadism.ahmedsouaiaia.com/ [Acessed 20 October 2015]
[5] Anonymous. Khawarij dan sifat-sifatnya, [Online] Available from : http://www.dakwatuna.com/2008/10/27/1295/khawarij-dan-sifat-sifatnya/#axzz3pC61HngD [ Acessed 21 october 2015] [27 october 2008]
[6] Valerie J. Hoffman. Ibadi Islam : An Introduction, [Online] Available from : http://islam.uga.edu/ibadis.html [ Acessed 21 October ]
[7] Ibid
[8] Anonymous, The Sunnah : Practice and Law [sharia]. [Online] Available from : http://islam.uga.edu/shariah.html [Acessed 21 October 2015]
[9] Anonymous, Ahlul Sunnah Wal Jamaah. [Online] Available from : http://www.alkhoirot.net/2012/06/ahlussunnah-wal-jamaah.html [Acessed 21 october 2015]
[10] Anonymous. The Ibadiyya/Ibadi Movement, [Online] Available from : http://www.islamawareness.net/Deviant/Ibadis/ibadiyya.html [Acessed 21 October 2015]
[11] Adil Salahi, Pioneer of Islamic Scholarship. [Book] P 147
[12] Ibid 147
[13] Valerie J. Hoffman. Ibadi Islam : An Introduction, [Online] Available from : http://islam.uga.edu/ibadis.html [ Acessed 21 October ]
[14] Youtube, Religion Tolerance in Oman, [Video] Available from : https://www.youtube.com/watch?v=d5y85yWB6Kc [ Acessed 21 October 2015]

Jumat, 29 Mei 2015

Pemberontakan Etnis Moro di Filipina : Gambaran Konflik serta Peran Aktor-aktor di Kawasan Asia Tenggara Dalam Penyelesaianya




GAMBARAN KONFLIK SEPARATISME DI FILIPINA

Pemberontakan di Filipina telah terjadi sejak awal masa kemerdekaan Filipina di tahun 1946. Terdapat berbagai kelompok pemberontak di Filipina. Salah satu kelompok yang gencar dalam melakukan perlawanan adalah Etnis muslim Moro. Moro adalah sebuah etnis yang mendiami Filipina Selatan tepatnya di Pulau Mindanao.
            Kelompok pemberontak Moro yang pertama terbentuk adalah Moro National Liberation Front (MNLF) pada tahun 1969. Terbentuk karena perlakuan diskriminatif pemerintah Filipina atas muslim Moro. Etnis moro merasa bahwa pemerintah Filipina tidak pernah mengakomodasi kepentingan mereka, seperti pembangunan tempat ibadah, sekolah Islam. Justru pemerintah Filipina melakukan transmigrasi besar-besaran dengan mengirimkan penduduk Filipina bagian Utara yang beragama Katolik ke Pulau Mindanao. Serta kebijakan Asimilasi atas budaya Moro terhadap budaya Utara yang dipengaruhi ajaran Katolik. Sehingga, etnis Moro menjadi termarjinalkan sebagai sebuah etnis dengan identitas agama dan budaya yang berbeda dengan masyarakat Filipina Utara. Selain itu puncak kekecewaan Etnis Moro atas Filipina terjadi setelah Peristiwa “Pembantaian Jabidah”.  Yaitu pembunuhan 200 Muslim Moro oleh angkatan bersenjata Filipina. Mereka dibunuh karena melarikan diri dari kamp pelatihan militer yang dipersiapkan untuk merebut wilayah Sabah, Malaysia.
            Setelah pembantaian itu maka MNLF resmi melakukan perlawanan bersenjata. Konflik selanjutnya terjadi pada tahun 1974 di kota Jolo, dimana Angkatan bersenjata Filipina melakukan pembunuhan terhadap 10.000 muslim Moro dan Cina. Kemudian ditangatangi perjanjian Tripoli antara MNLF dan Filipina pada tahun 1974. Namun tidak lama berselang kembali terjadi konflik bersenjata, dan berakhir pada sejumlah pembantaian oleh Angkatan Bersenjata Filipina terhadap etnis Moro. Yaitu  Pembantaian “Malisbong”, Oktober 1977, Pembantaian “Pulau Pata”, Februari 1981 serta masih terdapat banyak konflik yang berakhir pembantaian terhadap etnis muslim Moro oleh Filipina.
            Dalam menanggapi pembantaian yang tetap dilakukan oleh Angkatan Bersenjata Filipina. Syeikh Salamat Hashim mendirikan dari MNLF mendirikan Moro Islamic Liberation Front  (MILF) yang berideologi Islam pada tahun 1977. Sehingga bertambah jumlah kelompok pemberontak di Filipina.
            Konflik yang berkepanjangan membuat MNLF sepakat berdamai dengan Filipina dengan mendapatkan status Otonomi Khusus Moro atas Mindanao Selatan dan beberapa pulau disekitanya. Sementara MILF tetap melakukan perlawanan, Konflik Cotabo Utara (2000), Krisis Kota Zamboanga (2013) merupakan bukti MILF masih memiliki kekuatan hingga sekarang.

PERAN AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DI KAWASAN ASEAN DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI FILIPINA SELATAN

            Dalam upaya menyelesaikan Konflik di Filipina, tentu saja  ASEAN sebagai sebuah Organisasi regional tidak memiliki wewenang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mengingat bahwa prinsip “ASEAN Way”, yaitu Non-Interference urusan domestik negara anggota ASEAN. Namun diperbolehkan bagi negara anggota Asean menawarkan sebagai mediator perdamaian. Dalam konflik yang terjadi antara Pemerintah Filipina dan Etnis Moro, terdapat beberapa aktor yang berperan dalam mengupayakan kesepakatan damai diantara keduanya. Negara anggota Asean yang berperan untuk berupaya dalam penyelesaian konfilk diantara Filipina dan pemberontak Moro adalah Indonesia. Di tahun 1993 Indonesia mendapat kepercayaan sebagai ketua Komite Quartdhipartie, sebuah komite dibawah Organisasi Konferensi Islam untuk muslim minoritas. Dan dibawah kepemimpinan Indonesia tercapai sebuah perundingan antara Pemerintah Filipina dan MNLF yang menghasilkan Final Peace Agreement (FPA) atau perjanjian damai di tahun 1996. Namun perundingan ini kemudian tidak berjalan efektif. Kemudian peran Indonesia dalam proses perdamaian muncul lagi pada saat menjabat sebagai Chairman OIC-PCSP (2007 – 2003). Dengan dilakukanya pertemuan dalam berbagai tingkatan antara Pemerintah Filipina dan MNLF. Dalam perkembanganya, pada tanggal 20 April 2010 Indonesia selaku ketua OIC-PCSP telah berhasil mendorong Pemerintah Filipina dan MNLF menandatangani nota kesepahaman Panel Hukum di Tripoli, Libya. Atas perkembangan di Tripoli tersebut, Pemerintah Indonesia kembali berinisiatif untuk mempertemukan kedua pihak, Pemerintah Filipina dan MNLF dalam mencapai persetujuan lebih lanjut atas hasil-hasil capaian perundingan di Tripoli.
            Oleh karena itu, pada tanggal 29 Mei-1 Juni 2012  Indonesia kembali menginisiasi dan memfasilitasi pertemuan Legal Panel antara Pemerintah Filipina dan MNLF di Surabaya. Selain untuk perundingan lebih lanjut, pertemuan ini juga telah menghasilkan kesepakatan baru yang dapat menjadi “Building Blocs” bagi implementasi secara penuh Perjanjian Damai 1996 yang sebelumnya dianggap kurang efektif.
            Selain Indonesia, Malaysia juga merupakan negara anggota Asean yang aktif dalam mediator konflik antara Pemerintah Filipina dan MNLF serta MILF. Pada tahun 1998 pemerintah Malaysia menginiasiasi pertemuan Presiden Filipina, Fidel F. Ramos dan Pemimpin MNLF, Prof. Nur Misuari. Pertemuan tersebut dilakukan untuk meredam bentrokan senjata di antara kedua belah pihak. Kemudian perundingan dilanjutkan antar Pemerintah Filipina dan MILF pada tahun 2012 di Kuala Lumpur. Dalam pertemuan ini, MILF melunak yang pada awalnya menuntut kemerdekaan menjadi tuntutan Otonomi Khusus Bangsa Moro. Namun hasil perundingan pada tahun 2012 kembali gagal setelah penyerangan MILF terhadap petugas kemanan Filipina, setelah Mahkamah Agung Filipina menarik surat penyerahan wilayah yang di klaim milik etnis Moro (MILF). Dan terakhir pada tahun 2014, Malaysia kembali menjadi mediator antara Pemerintah Filipina dan MILF. Sehingga tercapai sebuah kesepakatan damai diantara keduanya.
Indonesia dan Malaysia selaku aktor negara berperan besar dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Filina. Namun selain aktor negara, terdapat juga aktor non-state dalam upaya perdamaian di Filipina.
            Din Syamsudin dan Ormas Muhammadiyah adalah aktor non-state yang mencoba menjadi mediator upaya perdamaian antara Pemerintah Filipina dan MILF. Din Syamsudin sebagai ketua Muhammadiyah terlibat langsung menengahi konflik dunia, yakni dengan aktif menjadi anggota the International Contact Group (ICG) yang memediasi dialog antara Pemerintah Filipina dan kelompok pejuang Islam Moro (MILF).  Pada tahun 2012, diadakan negosiasi antara Pemerintah Filipina dan MILF di Universitas Muhammadiyah Solo, Jawa Tengah.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak hanya aktor negara yang mengupayakan perdamaian di Filipina. Namun juga dari aktor non-negara berupa individu dan organisasi massa.

Rabu, 13 Mei 2015

21 Peringkat Universitas di Indonesia Versi Akreditasi BAN-PT

Selama ini kita tahu bahwa telah banyak situs web yang memperlihatkan peringkat Universitas di Indonesia. Namun tolak ukur yang digunakan bukan berdasarkan penilaian riil melainkan berdasarkan jumlah nama pencarian di Internet. Situs penyedia tersebut seperti Webometrics.

Jadi pada kesempatan kali ini saya akan menunjukkan peringkat Universitas berdasarkan penilaian akreditasi oleh "Badan Akreditasi Nasional - Perguruan Tinggi". Yang menggunakan tolak ukur riil yang ditinjau dari berbagai aspek, seperti jumlah dosen,mahasiswa,fasilitas,prestasi dan sarana penunjang lainya. Perlu diketahui bahwa BAN-PT merupakan Badan Resmi penentu akreditasi Perguruan Tinggi dan bukan seperti Webomatrics yang tidak resmi dan tidak menggunakan tolak ukur yang tepat.

Maka kita lihat yuk daftar 21 Universitas Terbaik di Indonesia berdasarkan BAN-PT. Di Indonesia cuma terdapat 21 Perguruan Tinggi yang memiliki akreditasi A.

Nama Universitas_(nilai akreditasi)

1. Universitas Gajah Mada_378
2. Institut Pertanian Bogor _375
3. Universitas Sebelas Maret_ 372
4. Universitas Negeri Malang_ 372
5. Universitas Airlangga _371
6. Institut Teknologi Bandung 370
7. Institut Teknologi Sepuluh November_ 368
8. Universitas Hasanudin_ 368
9. Universitas Indonesia_ 367
10. Universitas Padjajaran_ 366
11. Universitas Andalas_ 365
12. Universitas Gunadarma_ 365
13. Universitas Islam Indonesia_ 365
14. Universitas Islam Negeri Maulana MalikIbrahim Malang_ 364
15. Universitas Muhammadiyah Malang_ 364
16. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta_ 364
17. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta_ 363
18. Universitas Kristen Petra_ 363
19. Universitas Brawijaya_ 363
20. Universitas Diponegoro_ 361
21. Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta_ 361

Itulah 21 Peringkat Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia, Kampus kamu masuk gak?

Selasa, 07 April 2015

Diplomasi Pro Rakyat Joko Widodo : “ Pentingnya Investor Asing Untuk Pembangunan Poros Maritim Indonesia”

Oleh : Bintar Mupiza

Indonesia adalah negara dengan tingkat perekonomian teratas di dunia dengan total pengeluaran global yang mencapai 2,3% mengungguli negara-negara lainya seperti Spanyol, Korsel dan Kanada berdasarkan laporan International Comparison Program (ICP) 2011[1], dengan demikian Indonesia adalah negara yang sangat diperhitungkan dalam perekonomian dunia, namun perkembangan ekonomi yang telah dicapai Indonesia dianggap oleh beberapa kalangan tidak dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia , tolak ukur dari gagalnya tingkat perekonomian Indonesia adalah terdapat banyak jumlah penduduk yang hidup di garis kemiskinan[2].
Kemiskinan merupakan masalah yang tidak pernah dituntaskan dari waktu ke waktu bahkan sejak reformasi, setiap pergantian kepemimpinan nasional, isu pengentasan kemiskinan dan pencapaian kesejahteraan masyarakat menjadi agenda pertarungan kepentingan partai politik, terutama menjelang pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, meskipun Indonesia memiliki perekonomian yang besar yang didapatkan dari kebijakan luar ngeri berorientasi bisnis dan hubungan dagang antar negara tetapi pencapaian tersebut tidak memberikan dampak terhadap penuntasaan kemiskinan karena dalam menentukan kebijakan luar negeri, pemerintah kerap tidak melihat fakta nyata di tengah masyarakat Indonesia dan akhirnya kebijakan luar negeri tersebut merugikan masyarakat dan dampak yang didapatkan tidak lain adalah angka kemiskinan semakin meningkat.  Contoh kebijakan luar negeri yang tidak pro rakyat adalah ACFTA (ASEAN-CHINA Free Trade Area) dimana Tiongkok dan negara – negara di ASEAN menjalin perdaganan bebas termasuk Indonesia, tetapi apakah masyarakat Indonesia sudah memiliki daya saing untuk melakukan perdagangan dengan Tiongkok mengingat bahwa posisi Indonesia dalam indeks daya saing dunia masih di bawah Malaysia dan Thailand di tahun 2014 [3], jika dibandingkan dengan kedua negara diatas Indonesia masih jauh tertingal, lalu bagaimana dengan kebijakan perdagangan bebas ASEAN - Tiongkok yang mana Indonesia dihadapkan dengan raksasa ekonomi dunia kedua yaitu Republik Rakyat Tiongkok tentu saja hal ini merupakan kebijakan luar negeri pemerintah yang tidak pro rakyat dan hanya mementingkan pihak tertentu yang memiliki modal.
                  Kebijakan luar negeri yang dianggap tidak menguntungkan bagi rakyat tersebut membuat Presiden Joko Widodo berjanji akan membuat kebijakan luar negeri yang pro rakyat dan dalam pelaksanaan politik luar negerinya, kebijakan luar negeri Indonesia tidak boleh berjarak dengan kepentingan rakyat[4], dan salah satu kebijakan luar negeri Indonesia yang ingin dilaksanakan oleh Joko Widodo adalah rencana tentang poros maritim Indonesia yaitu membangun maritim Indonesia untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan dengan cara mengelola sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan, dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama dan akan menggunakan kekayaan maritim yang akan digunakan sebesar–sebesarnya untuk kepentingan rakyat[5], tentu saja rencana presiden Joko Widodo tentang poros maritim Indonesia membutuhkan banyak dana, diperkirakan akan menelan dana yang besar untuk membangun sejumlah jalan sebesar 107,016 miliar dollar AS, rel kereta 23,352 miliar dollar AS, transportasi perkotaan sebesar 13,944 miliar dollar AS, transportasi laut 47,292 miliar dollar AS, dan feri-ASDP 7,644 miliar dollar AS selain itu, kebutuhan investasi tersebut juga diperlukan untuk pembangunan infrastrukur penerbangan sebesar 15,288 miliar dollar AS, listrik sebesar 9,720 miliar dollar AS, gas dan energi sebesar 44,940 dollar AS, sumber daya air 91,644 miliar dollar AS, sarana air bersih dan sampah 55,944 miliar dollar AS, perumahan 32, 256 miliar dollar AS dan IT 20,323 miliar dollar AS[6].semua dana tersebut diperlukan untuk membangun infrastruktur penunjang dalam menjalankan poros maritim Indonesia, oleh karena itu,  Joko Widodo sebagai kepala negara berusaha menarik investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia, pada tanggal 10 november 2014 di pertemuan APEC CEO Summit 2014 di China National Convention Center,Beijing, Joko Widodo berbicara dihadapan para pebisnis asing dan menawarkan peluang investasi kepada Investor asing untuk mendapatkan keuntungan yang besar di Indonesia[7], Joko Widodo juga menyampaikan rencananya itu juga di KTT ASEAN ke 25 di Myanmar serta akan kembali menawarkan peluang investasi asing pada pertemuan G-20 di Bribane, Australia[8].
                                                Keputusan Joko Widodo tersebut dianggap beberapa kalangan sebagai tindakan yang menyerahkan pembuluh darah Indonesia ke tangan asing karena dengan begitu maka asing akan mudah menguasai perdagangan Indonesia serta dapat mengontrol perekonomian Indonesia [9]. Tentu saja permasalahan ini sangat dilematis mengingat jika menunggu investor domestik maka tidak akan ada yang akan menanamkan modalnya serta, selama ini investor domestik di Indonesia enggan melakukan usaha yang beresiko tinggi seperti pembagunan sarana-sarana vital[10], maka hadirnya investor asing akan sangat mendukung merintis usaha dibidang tersebut. Adanya pengadaan prasarana negara, pendirian industri-industri baru, pemanfaatan sumber-sumber baru, pembukaan daerah-daerah baru, akan membuka kecenderungan baru yaitu meningkatkan lapangan kerja. Inilah keuntungan sosial yang diperoleh adanya kehadiran investor asing.
                  Adanya transfer teknologi mengakibatkan tenaga kerja setempat akan menjadi lebih terampil, sehingga dapat meningkatkan marginal produktifitasnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan keseluruhan upah riil. Semua ini menunjukkan bahwa modal asing cenderung menaikkan tingkat produktifitas, kinerja dan pendapatan nasional. dengan demikian, kehadiran Investor asing di Indonesia sangat diperlukan yaitu untuk mempercepat pembangunan ekonomi. Pembangunan infrastruktur berupa pelabuhan,pelabuhan udara dan objek vital lainya berbeda dengan investasi di bidang lainya seperti perkebunan yang keuntunganya hanya dirasakan oleh investor tetapi juga dirasakan masyarakat karena akan dengan adanya pelabuhan-pelabuhan dan objek transportasi lainya akan berdampak terhadap pemerataan pembangunan nasional[11], dengan begitu alasan Joko Widodo mengundang Investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia sangat beralasan yaitu demi pemerataan pembangunan dan optimalisasi potensi kelautan yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat, selain itu kebijakan tersebut juga berfungsi sebagai soft diplomacy antara Indonesia dan negara-negara di dunia yang secara tidak langsung diwakilkan oleh para investor dari negara asing yang mewakili negara masing-masing.




[1] World Bank Menyatakan Bahwa Indonesia Masuk ke Dalam Jajaran 10 Negara Dengan Ekonomi Terbesar di Dunia,  Posted 6 May 2014, viewed 14 November 2014. “ http://startupbisnis.com/ekonomi-indonesia-world-bank-menyatakan-bahwa-indonesia-masuk-ke-dalam-jajaran-10-negara-dengan-ekonomi-terbesar-di-dunia/
[2] Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat : Sebuah Ketidakberdayaan Para Pihak Melawan Konstruksi NeoLiberalisme, Posted 15 July 2009, Viewed 14 November 2014, “ http://pspk.ugm.ac.id/artikel-terbaru/61-pembangunan-dan-kesejahteraan-masyarakat-sebuah-ketidakberdayaan-para-pihak-melawan-konstruksi-neoliberalisme.html
[3] Peringkat 34 dari 144 Negara, Indeks Daya Saing Indonesia Kembali Meningkat, Posted 18 September 2014, Viewed  14 November 2014, “ http://www.kemenkeu.go.id/Berita/peringkat-34-dari-144-negara-indeks-daya-saing-indonesia-kembali-meningkat
[4] “Ranny Virginia Utami”, “ Menlu Baru Indonesia Terapkan Diplomasi Pro Rakyat”, Posted 29 August 2014, Viewed 14 November 2014, “ http://www.cnnindonesia.com/internasional/20141029153858-127-8734/menlu-baru-ri-terapkan-diplomasi-pro-rakyat/
[5] “Aries Setiawan”, “Pidato Lengkap Jokowi di KTT ASEAN Soal Poros Maritim”, Posted 14 November, Viewed 14 November 2014, “ http://dunia.news.viva.co.id/news/read/558043-pidato-lengkap-jokowi-di-ktt-asean-soal-poros-maritim
[6] “ Hilda B Alexander “, “Jokowi Prioritaskan Tol Laut, Bagaimana Nasib Infrastruktur Darat?”, Posted 31 October 2014, Viewed 14 November 2014, “http://properti.kompas.com/read/2014/10/31/070000221/Jokowi.Prioritaskan.Tol.Laut.Bagaimana.Nasib.Infrastruktur.Darat

[7] Jokowi Undang CEO Dunia Berinvestasi di 4 Sektor, Posted 10 November 2014, Viewed 14 November 2014, http://www.tempo.co/read/news/2014/11/10/078620808/Jokowi-Undang-CEO-Dunia-Berinvestasi-di-4-Sektor
[8] “ Rachmadin Ismail”, “ Ini Yang Akan Dibicarakan oleh Jokowi di KTT G20”,Posted 14 November 2014,Viewed 14 November 2014”,” https://finance.detik.com/read/2014/11/14/211333/2749040/4/ini-yang-akan-dibicarakan-oleh-jokowi-di-ktt-g20 “.
[9] Ajak Asing Investasi,Jokowi Serahkan Pembuluh Darah Indonesia,Posted 12 November,Viewed 14 November 2014, “ http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/11/12/newigi-ajak-asing-investasi-jokowi-serahkan-pembuluh-darah-indonesia”.
[10] Denicha Alviana,R 2014, “Pengaruh,Dampak,Serta Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Terhadap Perkembangan Ekonomi Di Indonesia”, Downloaded and Viewed on 14 November 2014, pp 11, “ http://denichaalviana.wordpress.com/2014/04/18/pengaruh-dampak-serta-faktor-yang-mempengaruhi-penanaman-modal-asing-terhadap-perkembangan-ekonomi-di-indonesia/”.
[11]  Denicha Alviana, R 2014, “Pengaruh,Dampak,Serta Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing Terhadap Perkembangan Ekonomi Di Indonesia”,Downloaded and Viewed on 14 November 2014, “ http://denichaalviana.wordpress.com/2014/04/18/pengaruh-dampak-serta-faktor-yang-mempengaruhi-penanaman-modal-asing-terhadap-perkembangan-ekonomi-di-indonesia/”.